Langsung ke konten utama

Teori Komunikasi Little John Bab 3 - 6




TEORI KOMUNIKASI















UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
          
   Disusun Oleh :
     Bambang Supriyadi
   201610415303




Bab 3
1.      Tradisi dalam ilmu komunikasi

Anggapan bahwa komunikasi sudah menjadi sebuah disiplin ilmu yang mandiri sehingga dijuluki communication science (ilmu komunikasi) tidak datang begitu saja atau terjadi seketika tanpa proses perhatian yang meningkat dan berbagai ilmuwan, akan tetapi telah melawan batas-batas dari berbagai ilmu baik ilmu social ataupun ilmu pasti sekalipun. Definisi – definisi dan teori – teori komunikasi telah banyak dihasilkan oleh para pakar dalam berbagai bidang kajian tersebut, menambah cakupan baik isi maupun hubungan. Walhasil, komunikasi berkembang menjadi disiplin studi komunikasi dipasar akademik. Definisi ataupun teori – teori tersebut, tentu saja berbeda satu dengan yang lain. Hal ini sangat tergantung dari perspektif yang melatarbelakanginya. Ilmu komunikasi pada dasarnya menembus berbagai disiplin ilmu, sehingga berbagai pendekatan ilmiah dilakukan untuk mengungkapkan seseatu yang bukan saja apa yang ditangkap panca indra tetapi lebih dari itu.
           Robert Craig menyebut adanya 7 tradisi dalam kajian teori komunikasi yaitu, semiotic, fenometik, cybermetik, psikologi social, social budaya, kritis, dan retorika. Penjelasan hal tersebut sebagai berikut :

a.            Tradisi Semiotik
Dalam Litle John disebut secara lebih rinci landasan teoritik dari kalangan ahli linguistic seperti, Ferdinand de Saussure, Charles S Pearce, Noam Chomsky, Benjamin Whorlf, Roland Barthes. Dan lainnya yang mencoba membahas tentang hakikat symbol.
Keberadaan symbol menjadi penting dalam menjelaskan fenomena komunikasi. Symbol merupakan produk budaya suatu masyarakat untuk mengungkapkan ide – ide. Makna, dan nilai – nilai yang ada pada diri mereka. Teori – teori komunikasi yang berangkat dari tradisi semiotic menjadi bagian yang penting untuk menjadi perhatian. Analisis – analisis tentang iklan, novel, sinetron, film, lirik lagu, video klip, fotographi, dan semacamnya menjadi penting.
Tradisi semiotic itu sendiri terbagi menjadi 3 varian yaitu, semantic (Bahasa), merujuk pada bagaimana hubungan antara tanda dengan objeknya atau tentang keberadaan hamper tidak dapat berdiri sendiri. Syntagmatic atau kajian antar hubungan antar tanda, dimana tanda hampir tidak ada dapat berdiri sendiri. Dan yang terakhir, paradigmatic yang melihat bagaimana sebuah tanda membedakan antara satu manusua dengan yang lain atau sebuah tanda bias saja dimaknai berbeda oleh masing – masing orang sesuai dengan latar belakang budayanya.
Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda ; tidak hanya bahasa dari system komunikasi yang tersusun oleh tanda – tanda, melainkan dunia itu sendiripun sejauh terkait dengan pikiran manusia.
Tradisi semiatik melahirkan banyak teori komunikasi yang sangat bermanfaat dalam menjalin hubungan antar manusia atau lainnya, diantaranya teori informasi, teori dalam dari Ferdinand de Saussure, teori linguistic structural dari Roman Jacobson dan teori lainnya.

b.      Tradisi Fenomenologi
Inti tradisi fenomenologi dapat menjelaskan tentang khalayak dalam berinteraksi dengan media. Beberapa figure penting disini adalah James Lull, Len Ang, dan sebagainya. Adapaun varian dari tradisi fenomenologi ini adalah fenomenologi klasi dipelopori oleh Edmund Husserl penemu fenomenologi modern.
            Kemudian fenomenologi persepsi berlawanan dengan Husserl yang membatasi fenomenologi pada objektifitas dan yang terakhir adalah fenomenologi hermeneutic, aliran ini selalu dihubungkan dengan Martin Heidegger dengan landasan filosofi yang biasa disebut dengna Hermeneutic of dassient yang berarti suatu “interpretasi untuk menjadi”.
            Tradisi fenomenologi memandang bahwa peran kepribadian dalam perilaku yang paling mudah dipahami dengan melukiskan peranan langsung orang, yaitu proses yang digunakan oleh mereka yang memperhatikan dan memahami fenomena yang disajikan langsung oleh mereka. Oleh sebab itu, tradisi fenomenologi menekankan bahwa cara orang mengalami dunia secara subjektif, sensasi, perasaan, dan fantasi yang terlibat adalah titik tidak untuk meneliti bagaimana orang menanggapi berbagai objek.

1.      Teori Gestalt tentang persepsi. Penganut teori ini berargumentasi bahwa aspek utama kepribadian adalah bagaimana orang menyusun pengalaman ke dalam pola dan konfigurasi.
2.      Teori medan, teori ini berargumentasi bahwa kepribadian (pola perilaku yang kekal dan diperoleh dengan belajar) saja tidak dapat menerangkan bagaimana orang berperilaku.
Teori medan menolak gagasan bahwa penyebab tindakan menusia terletak pada masalah yang sudah lama dari setiap individu. Sebaliknya, bidang pada saat sekarang adalah produk dari bidang tersebut dari menurut keadaaanya pada masa yang baru saja lewat.
c.       Tradisi Cybernetif
Berangkat dari teori system yang memandang terdapatnya suatu hubungan yang saling menggantungkan dalam unsur atau komponen yang ada dalam system. Hal lain yang penting adalah system dipahami sebagai suatu system yang bersifat terbuka sehingga perkembangannya dan dinamika yang terjadi dilingkungannya akan diproses dalam internal system. Adapun varian dari teori Cybernetif ini adalah, basic system theory, ini adalah format dasar, pendekatan ini melukiskan seperti sebuah struktur yang nyata dan bisa dianalisis dan diamati dari luar.


d.      Psikologi Sosial
Teori – teori yang berangkat dari psikologi social ini juga dapat menjelaskan tentang proses – proses yang berlangsung dalam diri manusia dalam proses komunikasi yakni ketika proses membuat pesan dan proses memahami pesan.

e.       Tradisi Retorika
Tradisi retorika memberikan perhatian pada aspek proses pembuatan pesan atau symbol. Prinsip utama disini adalah bagaimana menggunakan symbol yang tepat dalam menyampaikan maksud yang berkaitan dalam proses pembuatan pesan (message production).


f.        Tradisi Sosial Budaya
Berangkat dari kajian antropologi bahwa komunikasi berlangsung dalam konteks budaya tertentu karenanya “komunikasi dipengaruhi dari kebudayaan suatu masyarakat”. Adapun varian dar tradisi itu adalah interaksi, symbolic, merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam ilmu sosiologi oleh George Herbert Mead dan Herbert Blumer yang menekankan pentingnya pengamatan dalam studi komunikasi sebagai cara untuk menyelidiki hubungan social. Selanjutnya, konstitusi social, pada cabang ini menginvestigasi bagaimana pengetahuan manusia dikonstitusi melalui interaksi manusia atau social. Dan yang terakhir social linguistic dari Ludwig Wittgenstein seorang filusup Jerman yang menekankan bahwa arti dari bahasa tergantung pada penggunaannya.

g.      Tradisi Kritis
Tradisi ini berangkat dari asumsi teori – teori kritis yang memperhatikan terdapatnya kesenjangan didalam masyarakat. Dilihat dari sudut kritis, bahwa komunikasi disatu susu telah ditandai dengan proses dominasi oleh kelompok yang kuat atas kelompok masyarakat yang lemah. Pada sisi lain, aktifitas komunikasi mestinya menjadi proses artikulasi bagi kepentingan kelompok masyarakat yang lemah. Komunikasi diharapkan berperan dalam proses transformasi masyarakat yang lemah dan berkontribusi bagi penguatan beberapa hal dalam suatu masyarakat. Inti aliran ini adalah kepercayaan bahwa masyarakat merupakan wujud dari konsesus dan mengutamakan keseimbangan masyarakat dipandang bagai suatu kelompok yang kompleks dimana terdapat berbagai kelompok social yang saling berpengaruh dalam system dan pada akhirnya mencapai keseimbangan. Media, bagi kelompok liberalis, memiliki fungsi dalam menyeimbangkan. Adapun varian tradisi ini adalah, Maxisme, yang merupakan peletak dasar dari tradisi kritis ini. Marx mengajarkan bahwa ekonomi merupakan dasar dari segala struktur social. Kemudian kritik politik ekonomi pandangan ini merupakan revisi terhadap Marxisme yang dinilai terlalu menyederhanakan reditas kedalam dua kubu yaitu kalangan penguasa dan kalangan tertindas berdasarkan kepentingan ekonomi.
Bab 4

1.      Tradisi Sosiopsikologis
Dalam teori komunikasi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pada bagaimana cara kita berfikir tentang pelaku komunikasi sebagai individu. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana dan mengapa setiap individu manusia berperilaku seperti yang mereka perbuat.

a.       Teori Sifat
Sifat adalah kualitas atau karakteristik pembeda ini merupakan cara berfikir, merasakan dan bertingkah laku yang konsisten terhadap situasi. Penelitian ini dibidang komunikasi telah mempelajari berbegai jenis sifat dan kami tidak bisa membahas semuanya disini. Kami membahas pendekatan factor – factor, dimana kelompok sifat tersebut dianggap menyaru dan kemudian membahas kajian sifat yang lebih luas dalam penelitian watak dan biologi.

            Pertentangan adalah kecenderungan untuk ikut serta dalam percakapan tentang topik – topik kontroversional, untuk mendukung sudut pandang anda, dan untuk menolak keyakinan yang berbeda.
            Kecemasan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Banyak orang yang takut atau tidak suka berkomunikasi serta telah banyak penelitian tentang kecemasan dan kecendurungan berkomunikasi. Walaupun setiap orang mengalami saat – saat ketakutan, sifat CA merupakan kecendurungan untuk mengalami kecemasan saat berkomunikasi dalam berbagai keadaan. Ketakutan berkomunikasi adalah bagian dari kelompok konsep yang terdiri dari penghinaan social, kecemasan social, kecemasan berinteraksi dan keseganan. Dalam survei, dan dianalisis menyeluruh dari literature ini, Miles Peterson dan Vikki Ritts menyebutkan beberapa parameter yang bisa berarti bahwa kecemasan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi sangat berhubungan dengan bagaimana kita berfikir tentang diri kita sendiri dalam hubunganya dengan komunikasi.
            Model factor sifat, banyak sifat yang telah diteliti baik dari sisi psikologis maupun komunikasi dalam banyak hal, para peneliti mulai menyadari bahwa dengan mencatat seseorang sangat tidak membantu. Model ini terjadi atas sekelompok kecil sifat secara umum yang dapat menjelaskan sifat – sifat lainnya dan perbedaan setiap individu diantara mereka. Lima factor tersebut meliputi, (1) neuroticism atau kecendurungan merasakan emosi negative dan kesedihan (2) extraversion atau kecenderungan menikmati berada dalam kelompok menjadi tegas dan bersikap optimis (3) openness atau kecenderungan untuk menjadi reflektif (4) agrenblennes atau kecendurngan menyukai dan menjadi simpatik kepada orang lain (5) consentinousness ata kecendurungan menjadi pribadi yang disiplin melawan gerak hati nurani.
            Tugas para ahli teori sifat komunikasi adalah menggunakan model seperti ini untuk membantu menjelaskan berbagai macam perilaku komunikasi. Sebenarnya dalam komunikasi pendekatan factor sifat telah menuntun pada penelitian yang serius mengenai peran biologis dalam komunikasi.
            Sifat, watak dan biologis selama bertahun – tahun, psikolog telah meneliti perilaku manusia berdasarkan factor biologis, sedangkan sifat – sifat telah dijelaskan berkaitan dengan kecerundungan genetis. Setelah bertahun – tahun menelurusi sebuah penjelasan tentang sifat ini, mereka sekarang yakin bahwa penyebab tingginya sifat CA adalah factor biologis. Hal ini merupakan sebuah kemunduran dari tesis yang biasanya diyakini oleh banyak peneliti, termasuk McCrosky sendiri pada masa – masa sebelumnya menyanggah bahwa system limbik, yang berada jauh didalam otak adalah yang mengedalikan emosi. Ketika anda dihadapkan pada seseatui dalam lingkungan sekitar srimulus tersebut diolah oleh bagian otak anda yang dikenal sebagai system penghambatan perilaku. Stimulus negative menyebabkan munculnya BIS yang mengaktifkan system timbik anda. Ketika BIS anda terangsang, anda cenderung memusatkan perhatian pada semua ancaman. Dengan demikian orang – orang memiliki BIS yang berlebihan akan sangat mudah merasa gelisah dan berketakutan daripada individu yang BIS nya kurang aktif. Pada umumnya, jika system limbik anda akan sensitive maka anda akan merasa lebih gairah atau gelisah.
      Sebagai Contoh, meskipun CA tinggi, mungkin anda akan dapat maju dan memberikan sebuah presentasi dalam kelas pidato Karena anda ingin nilai yang bagus. Padahal kasus ini akan memungkinkan anda melakukan seseatu yang sangat menakutkan. Masalah bagi individu dengan rasa takut yang paling tinggi adalah mereka akan mengalami rasa takut yang ekstrim untuk memberikan pidato, yang secara keseluruhan membuat perasaan tidak nyaman.

1. Tradisi Cybernetic (tradisi sibernetika)
Komunikasi sebagai pengolahan informasi. Teori ini memandang komunikasi sebagai suatu system yang berbagai elemen didalamnya saling berinteraksi dan saling memengaruhi satu sama lain. Tradisi ini juga tampak paling masuk akal ketika muncul isu tentang otak dan pikiran, rasionalitas, dan system – system kompleks. Contoh lain adalah proses pembuatan kebijakan public oleh lembaga pemerintahan yang dapat dijelaskan oleh tradisi cybernetic.

2.      The Rhetorical Tradition (tradisi retorika)
Komunikasi sebagai seni berbicara didepan public. Retorika atau dalam bahasa inggris rhetoric, bersumber dari bahasa latin. Yaitu rhetorica yang berarti ilmu bicara

3.      The phenomenological tradition (tradisi fenomenologi)
Komunikasi sebagai pengalaman diri melalui dialog. Tradisi ini berkonsentrasi pada pengalaman pribadi, termasuk bagian individu yang saling memberikan pengalaman satu sama lain. Inti tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana yang alamiah.

4.      The Ethical Tradition (tradisi sisiopsikologi)
Komunikasi sebagai proses interaksi masyarakat yang menguntungkan. Teori ini berawal dari ilmu psikologi, terutama aliran behavioral. Pendekatan psikologi social memberikan perhatian terhadap aspek manusia. Beberapa konsep penting disini dapat disebutkan seperti judgetmentm prejudgem anseinty dan sebagainya. Varian dalam tradisi ini adalah,

a.    Behavioral, hubungan antara ucapan dan perbuatan
b.   Kognitif, cara individu memperoleh, menyimpan dan memproses informasi   dengan arah tingkah laku yang keluar.
c.    Biological, mempelajari manusia dari sisi biologisnya.


















BAB 6

            Percakapan adalah sebuah rangkaian interaksi dengan awal dan akhir, bergantian giliran yang jelas, dan beberapa maksud atau tujuan. Percakapan mengatur semua jenis interaksi, termasuk pembicaraan sosial layaknya debat dan argumentasi, upaya-upaya penyelesaian masalah, konflik, pemberian kasih sayang, dan jeni s wacana lain di mana pelaku komunikasi menggunakan bahasa dan komunikasi nonverbal untuk saling berinteraksi. Setiap situasi percakapan menghasilkan ketidakpastian dan kecemasan.
Tradisi Sosialpsikologis membahas mengenai kita yang akan memikirkan diri kita sendiri pertama-tama sebagai individu. Kita punya badan, otak dan kulit yang menandai batas antara diri kita dengan dunia. Kita memiliki kombinasi kepribadian yang berbeda dari orang lain. Namun kita juga menyadari bahwa kita bagian dari komunitas yang diikat bersama oleh interaksi sosial. Tradisi ini fokus pada invidual sebagai social being, dan seseorang kemungkinan menyadari bermacam karakteristik yang ditunjukkannya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Teori-teori dalam tradisi ini fokus pada tingkah laku sosial individu, variabel psikologi, efek individual, kepribadian, trait, persepsi dan kognisi. Melihat aspek-aspek komunikasi terutama expressions, interactions dan influence. Penjelasan psikologi banyak digunakan sarjana komunikasi dalam studi perubahan sikap & efek interaksi. Dewasa ini kebanyakan teori sosial-psikologi berorientasi pada kognitif, memberikan  wawasan dalam cara manusia memproses informasi. Ada 3 cabang dalam tradisi ini, yaitu Behavioral: Teori-teori cabang ini konsentrasi pada bagaimana orang berperilaku dalam situasi komuniksi, Cognitive: Berpusat pada pola-pola berpikir, bagaimana individu memperoleh, menyimpan dan memroses informasi dalam cara menuju pada pada output behavioral. Dengan kata lain, apa yang orang lakukan dalam situasi komunikasi tergantung tidak hanya pada pola stimulus-response, tapi juga pada proses mental digunakan untuk mengelola informasi, dan Biological: para psychologist dan behavioral research tertarik pada efek dari fungsi dan struktur otak, neurochemistry dan faktor genetik dalam menjelaskan perilaku manusia. Trait, cara berpikir dan perilaku manusia dikaitkan secara biologi dan tidak didapat dari faktor learning atau situasional, tapi dari pengaruh neurobiological yang dibawa sejak lahir (psychobiology). Dalam komunikasi ada terminologi communibiology yang digunakan dalam studi komunikasi dari perspektif biologi. Berikut contoh teorinya, Cognition and Information Processing, Message Design Model, Managing Uncertainty and Anxiety dan Social Penetration Theory.
Uncertainty Reduction Theory merupakan teori yang membahas mengenai pengurangan ketidakpastian, kita mencari informasi karena ingin dapat memprediksi tingkah laku kita. Ada 2 hal utama:  Self Awareness & pengetahuan tentang orang lain. Mengenal diri sendiri & perlu komunikasi interpersonal untuk memperoleh informasi tentang orang lain. Charles R. Berger menyatakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang orang lain, strategi pasif adalah pengamatan, sedangkan strategi aktif mengharuskan pengamat untuk melakukan sesuatu untuk mendapatkan informasi. Strategi pasif merupakan reaktivitas pengamatan, di sini individu benar-benar diamati ketika melakukan sesuatu, sedangkan strategi aktif merupakan strategi mengenai informasi yang mencakup menanyai oranglain tentang orang yang dituju dan memanipulasi lingkungan yang memungkinkan orang tersebut untuk diamati. Strategi interaktif sangat bergantung pada komunikasi dengan orang lain yang mencakup introgasi dan pengungkapan diri.
Pengelolaan ketidakpastian kecemasan, William Gudykunst dan tim juga melihat ketidakpastian dan kecemasan dalam situasi interkultural, perbedaannya dapat dijelaskan dengan apakah seseorang merupakan anggota dari sebuah kebudayaan dengan konteks yang tinggi atau kebudayaan dengan konteks yang rendah. Kebudayaan dengan konteks yang tinggi sangat mengandalkan keseluruhan situasi untuk menafsirkan kejadian, dan kebudayaan konteks rendah lebih mengandalkan pada isi verbal yang jelas dari pesan. Jadi kesimpulannya, kecemasan dan ketidakpastian berhubungan dengan seluruh sifat komunikasi, perilaku, dan pola, serta kombinasi ini memengaruhi apa yang kita lakukan dalam percakapan dengan orang-orang yang tidak kita kenal.
Teori Akomodasi merupakan teori mengenai perilaku komunikasi yang sangat berpengaruh yang dirumuskan oleh Howard Giles dan tim. Teori ini membahas bagaimana dan kenapa kita menyesuaikan perilaku komunikasi kita terhadap tindakan oranglain, Giles dan tim telah menetapkan sebuah pengamatan umum bahwa para pelaku komunikasi seringkali saling meniru perilaku, mereka menyebutnya pemusatan atau penyamaan. Kebalikannya, pelebaran atau pemisahan, terjadi ketika pembicara mulai melebih-lebihkan perbedaan mereka. Penyesuaian dalam kedua bentuk ini telah dilihat dalam hampir semua perilaku komunikasi, termasuk aksen, kecepatan, kerasnya suara, kosakata, tata bahasa, suara, gerak tubuh, dan fitur lainnya. Pemusatan atau pelebaran dapat bersifat timbal balik, pelaku komunikasi dapat bersama atau terpisah atau dapat bersifat non-mutual di mana seseorang memusat dan yang lainnya melebar. Pemusatan juga dapat bersifat sebagian atau keseluruhan.
Teori Adaptasi melihat bahwa para pelaku komunikasi memiliki sejenis sinkronisasi interaksional atau pola maju mundur yang teratur, dengan menggunakan kacamata teori adaptasi interaksi, seseorang akan melihat bahwa perilaku seseorang dengan yang lain akan saling memengaruhi, menciptakan pola mirip sebuah tarian. Menurut Burgoon dan tim, ketika seseorang mulai berkomunikasi dengan oranglain, seseorang akan memiliki sebuah pemikiran kasar tentang apa yang akan terjadi, dan ini merupakan posisi interaksi seseorang, tempat seseorang akan memulai. Hal ini ditentukan oleh sebuah kombinasi faktor-faktor yang dinamai RED oleh ahli-ahli teori yang berarti persyaratan, dugaan, dan keinginan. Burgoon dan tim menemukan bahwa cara-cara seseorang beradaptasi dengan orang lain bergantung pada tingkatan oranglain melanggar dugaan kita terhadap perilaku.
Teori Penyimpangan Dugaan merupakan teori yang dikemukakan oleh Burgoon dan tim yang telah menelusuri cara-cara manusia bereaksi ketika dugaan mereka menyimpang, teori ini mengasumsikan bahwa kita memiliki dugaan tentang perilaku oranglain berdasarkan norma-norma sosial maupun pengalaman kita sebelumnya dengan oranglain dan situasi di mana perilaku tersebut terjadi. Dugaan ini dapat melibatkan hampir semua perilaku non-verbal, misalnya kontak mata, jarak, dan sudut tubuh. Anggapan yang umum adalah bahwa ketika dugaan kita sesuai, perilaku oranglain dinilai sebagai sesuatu yang positif dan ketika dugaan kita menyimpang, perilaku tersebut dinilai sebagai sesuatu yang negatif. Namun, Burgoon dan koleganya menemukan bahwa hal ini bukanlah masalah yang sebenarnya, hal ini dapat menjadi masalah karena penyimpangan kadang menarik perhatian kita pada perilaku oranglain, dan kita belajar sesuatu yang positif yang mungkin sebaliknya tidak kita perhatikan. Teori ini meramalkan bahwa perilaku ambigu oleh pelaku komunikasi yang dinilai baik akan dianggap positif tetapi perilaku tersebut oleh pelaku komunikasi yang tidak menyenangkan akan dianggap negatif.
Teori Kebohongan Interpersonal, menurut Buller dan Burgoon melihat kebohongan dan menelitinya sebagai bagian dari interaksi yang terus berlanjut antarpelaku komunikasi yang menggunakan proses maju mundur. Kebohongan melibatkan manipulasi informasi, perilaku, dan citra yang dilakukan dengan sengaja untuk membuat oranglain memercayai kesimpulan dan keyakinan yang palsu. Ketakutan dalam berbohong dan kecurigaan dapat menyebabkan munculnya perilaku yang diatur secara strategis, tetapi lebih mungkin untuk muncul dalam perilaku-perilaku non-strategis atau perilaku yang tidak dimanipulasi. Inilah proses yang disebut kebocoran. Banyak faktor yang memengaruhi proses ini, contohnya tingkatan pelaku komunikasi dapat benar-benar berinteraksi secara penuh. Variabel ini disebut dengan keinteraktifan. Berbicara dengan tatap muka lebih interaktif daripada berbicara melalui telepon, yang juga lebih interaktif daripada berkomunikasi melalui surat elektronik. Keinteraktifan dapat meningkat dengan cepat atau kedekatan tingkat psikologis antarpelaku komunikasi. Ketika kita memiliki tingkat kecepatan yang tinggi, kita memberikan perhatian penuh pada berbagai isyarat kehidupan. Kemampuan kita untuk berbohong atau mengetahui kebohongan juga dipengaruhi oleh tuntutan percakapan atau jumlah tuntutan yang kita alami sementara kita berkomunikasi. Jika ada beberapa hal yang terjadi secara bersamaan atau jika komunikasinya kompleks dan melibatkan banyak tujuan, kita tidak bisa memperhatikan semuanya dengan seksama jika tuntutan percakapannya ringan. Dua faktor lain yang memengaruhi proses pendeteksian kebohongan adalah tingkat motivasi untuk berbohong atau untuk mengetahui kebohongan, kemampuan berbohong dan pendeteksian kebohongan. Ketika motivasinya tinggi, keinginan kita untuk berbohong dapat mengesampingkan ketakutan bahwa kita akan ketahuan. Pada saat yang bersamaan, jika penerima mengetahui bahwa motivasi kita tinggi, kecurgiaannya akan meningkat. Beberapa orang lebih ahli dalam berbohong daripada oranglain, karena memiliki cakupan perilaku yang lebih besar yang dapat mereka tampilkan. Namun, hal ini dapat dihilangkan oleh kemampuan oranglain untuk mendeteksi kebohongan. Tujuan dari kebohongan juga kadang memasuki formula. Pengirim yang berbohong untuk keuntungan pribadi mungkin memiliki kesulitan dalam menyembunyikan daripada pengirim yang berbohong untuk tujuan yang lebih mementingkan oranglain. Tentu saja, hasil perilaku berbohong sebagian bergantung pada seberapa termotivasinya penerima untuk mendeteksi kebohongan. Jika penerima merasa curiga dan terganggu oleh kebohongan ini, mereka mungkin akan berusaha keras untuk mengetahuinya.
Biasanya, ada dua kecenderungan yang kuat dalam tradisi sosiopsikologis : Perilaku dan Kognitif. Memahami perilaku komunikasi individu dan bagaimana mereka mengolah informasi dipandang sebagai kunci untuk memahami bagaimana individu terhubung dalam percakapan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa teori dalam bagian ini menonjolkan pengujian seksama terhadap perilaku manusia dalam situasi sosial. Walaupun, perilaku interpersonal benar-benar dipertimbangkan dalam teori-teori ini, tetapi teori-teori ini masih tetap membahas pada apa yang individu lakukan daripada apa yang diciptakan atau dihasilkan dalam proses interaksi antarindividu.
Tradisi Sosiokultural, teori ini menjelaskan pemahaman apa yang dibuat atau dibangun dalam percakapan, bagaimana makna muncul dalam percakapan, dan bagaimana simbol-simbol diartikan melalui interaksi. Teori-teori ini membahas mengenai tema percakapan apa yang menyatukan manusia dan bagaimana pelaku percakapan berbagi makna, dan juga berfokus pada bagaimana pelaku komunikasi bekerjasama dalam sebuah cara yang tersusun untuk mengatur pembicaraan mereka. Ada 4 area yang mencakup, yaitu Interaksionisme Simbolis, Teori Pemusatan Simbolis, Analisis Percakapan, dan Teori Perundingan Rupa.
Interaksionisme Simbolis membahas mengenai manusia membuat keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subjektif mereka terhadap situasi ketika mereka menemukan diri mereka, kehidupan sosial terdiri dari proses-proses interaksi daripada susunan sehingga terus berubah, manusia memahami pengalaman mereka melalui makna yang ditemukan dalam simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial, dunia terbentuk dari objek sosial yang memiliki nama dan makna yang ditentukan secara sosial, tindakan manusia didasarkan pada penafsiran mereka di mana objek dan tindakan yang berhubungan dalams situasi yang dipertimbangkan dan diartikan, dan mengenai diri seseorang merupakan sebuah objek yang signifikan dan layaknya semua objek sosial dikenalkan melalui interaksi sosial dengan oranglain. Tiga konsep utama dalam teori Mead ditangkap dalam judul karyanya yang paling terkenal, yaitu : Masyarakat, Diri sendiri, dan Pikiran. Kategori-kategori ini merupakan aspek yang berbeda dari proses umum yang sama yang disebut tindak sosial, yang artinya sebuah kesatuan tingkah laku yang tidak dapat dianalisis ke dalam bagian tertentu. Tindakan dimulai dengan sebuah dorongan yaitu melibatkan persepsi dan penunjukkan makna, repetisi mental, pertimbangan alternatif, dan penyempurnaan. Dalam bentuk yang paling mendasar, sebuah tindak sosial melibatkan sebuah hubungan dari 3 bagian, yaitu gerak tubuh awal dari salah satu individu, response dari oranglain terhadap gerak tubuh tersebut, dan sebuah hasil. Tindakan individu yang tetap, seperti berjalan sendirian atau membaca sebuah buku adalah interaksional karena didasari pada gerak tubuh serta response yang banyak terjadi di masa lalu dan terus berlanjut dalam pikiran individu. Tindakan bersama antara 2 orang atau lebih, seperti yang terjadi dalam pernikahan, perdagangan, perang, atau kebaktian di gereja terdiri atas hubungan interhubungan dari interaksi yang lebih kecil.
Analisis Percakapan merupakan sebuah cabang dari sosiologi yang disebut etnometodologi yang merupakan penelitian mendalam tentang bagaimana manusia mengatur kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini melibatkan beberapa metode untuk melihat dengan seksama pada cara-cara manusia bekerja bersama untuk menciptakan organisasi sosial. Analisis percakapan mencoba untuk menemukan dengan tepat apa pencapaian itu dengan menguji dengan seksama catatan percakapan. Analisis percakapan berhubungan dengan beragam masalah. Pertama, hal ini berhubungan dengan apa yang ingin diketahui oleh pembicara untuk memulai percakapan atau aturan-aturan percakapan. Fitur-fitur percakapan, seperti pergantian giliran, jeda dan celah, serta penimpaan telah menjadi ketertarikan khusus. Analisis percakapan juga berhubungan dengan pelanggaran aturan dan cara-cara manusia mencegah serta membenarkan kesalahan dalam pembicaraan, tentu saja aspek yang paling penting dari analisis percakapan adalah hubungan percakapan. Diartikan dengan sederhana, hubungan adalah keterkaitan dan keberartian dalam percakapan. Sebuah percakapan yang jelas atau koheren terlihat tersusun dengan baik dan masuk akal bagi pelaku percakapan. Koherensi tampaknya mudah namun membuatnya jadi jelas atau koheren sangatlah kompleks dan tidak dapat dipahami secara bersamaan. Sebagian besar analisis percakapan memandang prinsip yang dikembangkan oleh H. Paul Grice sebagai dasar bagi pemahaman kita tentang hubungan.
Prinsip-prinsip dalam Percakapan, hal ini membahas mengenai anggapan pertama dan yang paling umum adalah prinsip kerjasama di mana kontribusi seseorang harus tepat. Kerjasama di sini tidak harus berarti pengungkapan persetujuan, tetapi berarti bahwa seseorang mau menyumbangkan sesuatu yang berhubungan dengan tujuan percakapan. Menurut Grice, kerjasama dicapai dengan mengikuti 4 prinsip, yang pertama prinsip Kuantitas yaitu sebuah kontribusi terhadap sebuah percakapan akan memberikan informasi yang cukup dan tidak terlalu banyak, lalu prinsip Kualitas yaitu sebuah kontribusi harus benar, kemudian prinsip Relevansi yaitu komentar-komentar kita harus berhubungan, dan yang terakhir prinsip Tata Krama yaitu jangan mengatakan sesuatu yang tidak jelas, ambigu, dan tidak teratur. Cara lain mengatur prinsip kerjasama adalah dengan memberi petunjuk bahwa kita melanggar satu prinsip, sementara kita masih mencoba untuk tetap kooperatif.
Pendekatan Peruntunan menjelaskan lebih jauh tentang apa yang terjadi dalam proses penciptaan percakapan yang berhubungan. Gagasan di balik pendekatan peruntunan adalah bahwa sebuah percakapan terdiri atas serangkaian speech act yang teratur dan keterkaitan dicapai dengan memastikan bahwa setiap tindakan adalah response yang tepat untuk tindakan sebelumnya. Pendekatan peruntunan berfokus pada pasangan pelengkap atau dua speech act yang saling terikat. Bagian pasangan pertama adalah ucapan pertama dan bagian pasangan kedua adalah ungkapan yang kedua. Bagian pasangan kedua melengkapi speech act. Analisis percakapan mengakui bahwa manusia tidak berkomunikasi secara mekanis dalam rangkaian pasangan-pasangan pelengkap. Sebenarnya sebagian besar percakapan terlihat berantakan dalam hal ini, sehingga sebenarnya tantangan dari karya ini adalah untuk menunjukkan bagaimana lawan bicara mampu memahami rangkaian ucapan yang terlihat berantakan di permukaan. Dalam memeriksa naskah sebenarnya yang direkam, para peneliti mampu menunjukkan aturan yang digunakan oleh para pelaku komunikasi untuk memastikan keterkaitan. Beberapa jenis aturan yang lebih umum adalah Presekuens, Sisipan, dan Perluasan. Presekuens adalah pasangan pelengkap yang maknanya bergantung pada rangkaian tindakan lain yang belum diutarakan.
Pendekatan Rasional pada keterkaitan percakapan menganggap bahwa percakapan merupakan tindakan praktis untuk mencapai tujuan. Mencapai tujuan percakapan mengharuskan pelaku percakapan memikirkan cara mereka melaluinya, lalu memberinya nama rasional. Pelaku komunikasi membuat keputusan mengenai apa yang akan dikatakan dan bagaimana mencapai tujuan mereka serta keterkaitan benar-benar dinilai menurut keseluruhan pemikiran. Jika rangkaian tindakan terlihat rasional dalam hubungannya untuk sepakat atas tujuan, maka percakapan tersebut dinilai berhubungan.
Argumentasi Percakapan menganggap argumentasi sebagai percakapan, menunjukkan bagaimana mereka mengikuti aturan-aturan keterkaitan rasional serta penelitian ini secara spesifik berfokus pada bagaimana manusia mengelola ketidaksetujuan. Mengelola ketidaksetujuan, layaknya semua fitur-fitur struktural dari pembicaraan, merupakan sebuah pencapaian yang kooperatif dan teratur. Tujuan dari argumentasi adalah untuk mencapai persetujuan karena kecenderungan individu pada persetujuan. Pada dasarnya, ada 2 jenis argumen, yang pertama melibatkan membuat sebuah argumen atau menyatakan suatu keadaan, yang kedua adalah memiliki argumen atau bertukar tujuan.
Teori Negosiasi Rupa mengasumsikan bahwa komunikasi dalam semua budaya didasarkan pada memelihara dan bernegosiasi rupa, rupa diri yang bermasalah ketika identitas dipertanyakan, perbedaan antara individualistis dengan kolektif dan kekuasaan kecil dengan kekuasaan besar memberi jarak budaya dalam membentuk manajemen rupa, budaya individualistis membentuk karya rupa sendiri dan budaya kolektif membentuk karya rupa yang lain pula, kekuasaan yang kecil lebih memilih kerangka “individu adalah sama” sedangkan budaya pada kekuatan besar lebih memilih kerangka hirarkis, perilaku juga dipengaruhi oleh variasi budaya, individu, relasional, dan faktor situasional, kompetensi dalam komunikasi antarbudaya adalah puncak dari pengetahuan dan kesadaran.
Tradisi Sibernetika menyebutkan bahwa sibernetik adalah tradisi dari sistem yang kompleks ketika elemen-elemen berinteraksi mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi dipahami sebagai suatu bagian dari sistem yang mempengaruhi satu dengan lainnya, membentuk dan mengontrol karakter dari keseluruhan sistem, seperti organisme, mencapai keseimbangan juga perubahan. Sistem membentuk pemikiran inti dari sibernetik. Lebih khusus, komunikasi dipandang sebagai proses informasi dengan masalah utama noise, overload & malfunction. Mencakup konsep sender, receiver, information, feedback, redudancy & system. Contoh teori dalam tradisi sibernetik: Information Integration Theory (Expectancy-Value Theory, Theory of Reasoned Action), Consistency Theory (Theory of Cognitive Dissonance,)Public Opinion & Spiral of Silence, Relational Patterns of Interaction.

















BAB 7

Hubungan

Pola pola hubungan interaksi, dasar penelitian hubungan diletakkan oleh beberapa ahli komunikasi seperti Gregory Bateson, Paul Watzlawick et al, yang dikenal sebagai Palo Alto Group. Gagasannya adalah bahawa ketika dua orang saling berkomunikasi mereka mengartikan hubungannya dengan caranya berinteraksi. Contoh ketika orang berkomunikasi dengan teman, rekan kerja dan pengajar sampai anggota keluarga.

Ada 2 tipe pola hubungan menurut Palo Alto, yaitu
a.       Hubungan Simetris, dimana jika 2 orang merespon dengan cara yang sama mereka dikatakan terlibat dalam sebuah hubungan simetris. Namun hubungan simetris tidak selalu berupa pertentangan kekuasaan, keduanya dapat saja berlaku pasif, memberikan tanggapan balasan, atau keduanya bersikap saling menjaga.

b.      Hubungan pelengkapan, dimana memperlihatkan bahwa pelaku merespon dengan cara yang berlawanan. Ketika seorang bersifat mendominasi, yang lain mematuhinya. Diambil sudut pandang Palo Alto Group kesehatan mental para praktisi ini sangat tertarik dalam membedakan pola – pola interaksi patologis dari pola kesehatan. Penelitian mengenai tahapan berikut dari konsep sebuah hubungan simetris dan pelengkapan adalah kendali hubungan. Konsep ini dikekemukakan L. Edna Rogers yang berpendapat bagaimana kendali dalam sebuah hubungan merupakan sebuah proses sibernetika.
Kesimpulan tradisi sibernetika menjadi sangat penting dalam bidang komunikasi hubungan. Hubungan terbentuk secara sistematis oleh pola – pola interaksi menjadi dasar untuk memahami proses terbentuknya hubungan, bagaimana hubungan dipertahankan dan bagaimana hubungan berubah. Dasar disiplin yang difokuskan dalam pembahasan hubungan ini adalah psikologi individu yang merupakan tema – tema teori sosiopsikologis.

Komentar

  1. No deposit bonuses - Casino & Odds Gambling
    These 바카라총판양방 casino promotions offer a wide variety of casino and sports 토토커뮤니티 betting 스포츠라이브스코어 options. Get a 스포츠라이브스코어 100% up to $300 welcome bonus 토토커뮤니티 and enjoy

    BalasHapus

Posting Komentar